Rabu, 12 Januari 2011

Catatan dari Solo


Hari sabtu tepatnya tanggal 8 Januari 2011 adalah tanggal yang akan selalu dikenang seumur hidupku. Saat itu merupakan hari yang menggembirakan sekaligus hari yang tidak menyenangkan. Hari itu terjadi sebuah perhelatan pembukaan Liga Primer Indonesia (LPI) yang merupakan gagasan dari Bos perusahaan Medco, Arifin Panigoro.

LPI ini bermula dari ketidakpuasan sekelompok orang yang dikomandoi Arifin Panigoro atas kinerja PSSI yang dipimpin Nurdin Halid. LPI menawarkan perubahan dengan slogan "Change the Game". Setelah melalui pro dan kontra, LPI melakukan pembukaan di stadion Manahan kota Solo pada tanggal 8 Januari 2011 dan menampilkan partai antara Ksatria IX Solo FC melawan Persema Malang.



Mengetahui bahwa pembukaan LPI dilakukan di Solo, aku bersama beberapa teman berangkat dari kota Jogka ke kota tersebut menggunakan motor yang kebetulan jarak antara Jogja - Solo tidak terlalu memakan waktu lama. Pembukaan itu sendiri dilakukan pada sore hari. Sehingga kami berangkat siang hari dari Jogja, mengingat antusiasme penonton yang tinggi karena pada pertandingan tersebut akan main seorang pemain yang lagi bersinar yaitu Irfan Bachdim dan seorang pemain keturunan lainnya Kim Jeffry Kurniawan.

Benar saja, sesampainya di stadion Manahan Solo penonton telah ramai meskipun antrian belum terlalu panjang dan terlihat beberapa calo tiket yang menawarkan tiket dengan harga yang tidak terlalu mahal. Melihat antrian yang tidak begitu panjang kami memutuskan untuk mengantri tiket di tribun timur dengan harga Rp 20.000,-.

Setelah mendapatkan tiket kami memutuskan untuk makan siang dan langsung masuk ke stadion. Tepat pukul 14.30 pemain Persema mulai masuk ke dalam lapangan dan tentunya pemain yang ditunggu-tunggu penonton, Irfan Bachdim untuk melakukan pemanasan yang disertai turunnya hujan. Irfan mendapat sambutan yang sangat meriah dari seluruh penonton. Pukul 15.00 acara pembukaan dimulai yang menampilkan beberapa tarian.

Pukul 15.20 pertandingan dimulai ditandai bendera yang bertuliskan "Go Fair Play" masuk ke dalam lapangan. Pertandinganpun berlangsung dengan baik meskipun hujan tetap mengguyur kota Solo. Permainan sepenuhnya dikuasai tim tamu Persema Malang yang di komandoi pemain kawakan, Bima Sakti. Irfan Bachdim menunjukan kualitasnya dengan mencetak dua gol dan pergerakan serta kecepatannya yang membuat pertahanan Tim tuan rumah Solo FC berantakan. Hasil akhir pertandingan ini adalah 5-1 untuk kemenangan Persema Malang, dimana gol Persema dilesakkan oleh Jaya Teguh Angga,Irfan Bachdim 2 gol,Roby Gaspar dan M Kamri. Kami puas dengan pertandingan yang ditampilkan kedua kesebelasan meskipun ratusan penonton berhasil menjebol pintu masuk stadion sehingga terjadi penumpukan penonton yang membuat kami tidak nyaman ditambah lagi dengan pakaian yang basah akibat hujan yang tak kunjung berhenti.

Usai pertandingan kami tidak langsung pulang karena puluhan ribu penonton masih mengantri untuk keluar dari stadion. Kami melakukan foto-foto sebagai kenang-kenangan di stadion Manahan Solo dengan kondisi pakaian yang basah. Kepuasan dan kegembiraan kami dapati dari pertandingan yang telah usai tapi setelah itu kesialanpun terjadi.

Sebenarnya kesialan ini telah terjadi pada saat keberangkatan dari Jogja dimana aku lupa membawa jas hujan. Benar saja selama pertandingan hujan tidak berhenti yang menyebabkan saya dan beberapa teman kehujanan hingga pakaian basah. Kemudian sepanjang perjalanan pulang hujan juga terus turun. Kondisi pakaian yang basah dengan cuaca yang dingin dan perut lapar mebuat perjalan pulang tidak menyenangkan. Setelah itu dalam perjalanan sepeda motor yang ku kendarai mengalami kerusakan pada koplingnya yang menyebabkan aku dan seorang teman berhenti di pinggir jalan untuk mencoba memperbaiki sedangkan teman yang lain terus melakukan perjalanan karena tidak mengetahui bahwa sepeda motor kami rusak. Ternyata kopling motorku sudah tidak bisa digunakan lagi. Aku dan seorang teman memutuskan untuk mendorong sepeda motorku hingga kami menemukan bengkel tapi mengingat hari sudah malam dan bengkel sudah banyak yang tutup, saya memutuskan untuk mengendarai motor tanpa kopling.

Akhirnya setelah beberapa saat berjalan tanpa kopling motor, aku dan teman menemukan sebuah bengkel. Ini merupakan pertolongan nyata dari ALLAH SWT karena ALLAH SWT akan selalu memberi kemudahan bagi hamba-Nya yang selalu berusaha. Setelah diperiksa sang Dokter ahli motor (Mas Bengkel,hehehehe...) , ternyata kabel kopling motorku putus. Wajar saja tadi koplingnya tidak bisa digunakan sama sekali. Kemudian beberapa teman yang tadi terus berjalan kembali mencari kami dan kami bertemu dibengkel ini. Dalam waktu yang tidak terlalu lama motorpun sudah siap untuk dikendarai dan akupun melanjutkan perjalanan pulang ke Jogja dengan hujan yang tidak kunjung berhenti hingga kami sampai kembali di kota Jogja.

Perjalanan yang sangat mengasyikan sekaligus memberikanku pengalaman yang bisa aku pahami sebagai sebuah pelajaran. Terima kasih buat teman-teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar